The Hardest Day; a goodbye wave for my beloved friend

“One more day, one last look
Before I leave it all behind
And play the role that’s meant for us
That said we’d say goodbye”

Tulisan diatas adalah sepenggal lyric “The Hardest Day”. Penyanyinya The Corrs ft Alejandro Sanz, suara mereka bagus sekali, menyayat hati. Berlebihan.
Saya tau lagu ini baru beberapa bulan yang lalu (94k g40L b4N63T y4CH), saya tau lagu ini dari teman saya (setidaknya saya menganggap dia teman saya), teman saya yang pintar, teman saya yang sangat menginspirasi saya tentang banyak hal, teman yang mengajarkan saya banyak hal, termasuk hal gila, teman yang detik ini saya rindukan. Ini pengalaman saya dengan dia sebelum dia pergi.

Dia, teman saya yang paling unik, berbeda dengan teman-teman saya lainnya. Hampir semua teman-teman saya cerewet, aktif, dan punya selera humor yang tinggi. Tetapi Dia, teman saya ini paling berbeda dan baru pertama kali saya punya teman macam ini :D. Dia orangnya sangat amat pemalu (bangeeettt), pendiam, dan kalau saya nggak yang ngajak ngobrol duluan, dia tidak akan memulai. Dia terlalu pemalu buat saya. Kami sering menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, nonton film, wisata kuliner, Dia juga sering membagi ilmunya sama saya, Dia itu pintar dan saya mengaguminya.

Rasanya pengen banget bikin Dia ini jadi nggak pendiam lagi, tapi nggak mungkin. Yah, setidaknya selagi menghabiskan waktu bersama saya, dia menjadi orang yang cerewet. Dia mengajari saya hal-hal yang baru, bisa dikatakan Dia penasehat saya (waktu itu). Setiap kali saya ada masalah, apalagi ketika ada masalah dengan mantan lelaki saya yang sekarang sudah menjadi lelaki saya (lagi), bak seorang Hero, Dia menasehati saya dengan kata-katanya yang seperti ibu Haji, menyejukan. hehehe. Walaupun Dia sering sekali membuat saya tersenyum, tapi tidak jarang Dia membuat saya kecewa. Saya nggak suka dengan sikapnya yang selalu melakukan sesuatu serba mendadak. Beberapa kali dia membuat saya marah. Padahal saya jarang sekali marah. Hebat Dia.

Selain kepandaiannya menyejukan hati saya, banyak hal konyol yang saya alami ketika bersama Dia, salah satunya adalah ketika Dia melipat selimut. Suatu hari, selepas berbagi cerita ini itu, saya melihat selimut yang belum dilipat di dekat tempat saya duduk, dan entah kenapa terlintas di kepala saya untuk mengerjai Dia. Saya menantang Dia untuk melipat selimut itu dalam waktu 10 detik, untuk mengetes apakah dia bisa melakukan hal semudah itu atau nggak dan hasilnya, Dia nggak bisa! Oh Tuhan… saya tepok jidad! :D. Beberapa hari setelah kejadian lipat selimut itu, Dia memperlihatkan kepiawaian barunya yaitu meliput selimut dalam waktu 10 detik. Good job kawan, kamu akhirnya bisa! Dia mungkin termasuk tipe anak yang tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah sendiri, ada yang selalu membantunya merapikan segala sesuatu miliknya yang berantakan dan menyiapkan segala sesuatu yang Dia butuhkan.

Sekarang teman saya itu sudah pergi. Mungkin hanya dia satu-satunya teman unik yang saya punya. Kediamannya, Kepintarannya, Kebaikannya, Keasikannya, Kelucuannya, Kekonyolannya, Keanehannya, dan baunya membuat bibir saya tersenyum ketika mengingatnya. Hmm.. kenapa cepat sekali dia pergi, dia pergi begitu saja dan hanya memberikan senyum manisnya. Selamat tinggal teman, sampai jumpa lagi. 😀

3 thoughts on “The Hardest Day; a goodbye wave for my beloved friend

Leave a comment